.post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

Laman

Jumat, 12 Oktober 2012

    GEOGRAFI TANAH INDONESIA


Sebagaimana kita ketahui, tanah selalu hadir dalam kehidupan kita, suka maupun tidak suka. Tanah sepertinya halnya orang mempunyai sifat fisik dan sikap yang berbeda-beda juga. Kok bisa? Kalau dilihat-lihat kan tanah itu sama semua, mirip, paling cuman beda-beda warna aja. Itu salah satu paradigma yang salah, tanah di dunia ini bermacam-macam jenisnya. Salah satunya yang akan saya bahas adalah di Negara kita yang tercinta ini, Indonesia.
14-penyebaran-tanah-di-indo
Gambar diatas merupakan nama -nama jenis tanah yang berada di Indonesia. Mari kita bahas satu persatu, jenis klasfikasi yang diberi tanda kurung berdasarkan dudal supratohardjo dan padanannya dalam Soil Taxonomy namun yang akan saya bahas hanya berdasarkan Soil Taxonomy :
1. Entisol
entisol
Ciri-ciri :
A. Tanah yang baru berkembang
B. Belum ada perkembangan horison tanah
C. Meliputi tanah-tanah yang berada di atas batuan induk
D. Termasuk tanah yang berkembang dari bahan baru
Mencakup kelompok tanah alluvial, regosol dan litosol dalam klasifikasi dudal-supratohardjo. Tipe ini di sepanjang aliran besar merupakan campuran mengandung banyak hara tanaman sehingga dianggap subur. Tanah Entisol di Indonesia umumnya memberi hasil produksi padi (misalnya : Kerawang, Indramayu, delta Brantas), palawija, tebu (Surabaya). Entisol yang berasal dari abu-volkanik hasil erupsi yang dikeluarkan gunung-gunung berapi berupa debu, pasir, kerikil, batu bom dan lapili. Selain itu berasal dari gunduk pasir yang terjadi di sepanjang pantai, misalnya diantara Cilacap dan Parangtritis (selatan Yogyakarta), dan Kerawang.
2. Inceptisol
Inceptisol
Ciri2 :
A. Ada horizon kambik , dimana terdapat horizon penumpukan liat <20% dari horizon diatasnya.
B. Tanah yang mulai berkembang tetapi belum matang yang ditandai oleh perkembangan profil yang lebih lemah.
C. Mencakup tanah sulfat masam (Sulfaquept) yang mengandung horison sulfurik yang sangat masam, tanah sawah(aquept) dan tanah latosol
Daerah penyebaran tanah jenis ini: Sumatera, Jawa, Kalimantan. Sebagain besar tanah ini ditanami palawija (jawa) dan hutan/semak belukar (sumatera dan Kalimantan)
3. Ultisol
ultisol
Ciri-ciri :
A. Kandungan bahan organik, kenjenuhan basa dan pH rendah (pH 4,2-4,8).
B. Terjadi proses podsolisasi: proses pecucian bahan organik dan seskuioksida dimana terjadi penimbunan Fe dan Al dan Si tercui.
C. Bahan induk seringkali berbecak kuning, merah dan kelabu tak begitu dalam tersusun atas batuan bersilika, batu lapis, batu pasir, dan batu liat.
D. Terbentuk dalam daerah iklim seperti Latosol, perbedaan karena bahan induk : Latosol terutama berasal dari batuan volkanik basa dan intermediate, sedang tanah Ultisol berasal dari batuan beku dan tuff.
Tanah yang paling luas penyebarannya di Indonesia: Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan sebagian Jawa . sebaiknya tanah ini dihutankan atau untuk perkebunan seperti : kelapa sawit, karet dan nanas.
4. Oxisol
oxisol
Ciri-ciri :
A. solum yang dangkal, kurang dari 1 meter
B. kaya akan seskuioksida yang telah mengalami pelapukan lanjut
C. adanya horizon oksik pada kedalaman kurang dari 1,5 m
D. susunan horison A, B, dan C dengan horizon B spesifik berwarna merah kuning sampai kuning coklat dan bertekstur paling halus liat
E. mengandung konkresi Fe/Mn lapisan kuarsa.
Banyak digunakan untuk perladangan, pertanian subsisten pengembalaan dengan intensitas rendah, dan perkebunan yang intensif seperti perkebunan tebu, nanas, pisang dan kopi.
5. Vertisol
vertisol
Ciri-ciri :
A. Tanpa horizon eluviasi dan iluviasi
B. Koefisien mengembang dan mengerut tinggi jika dirubah kadar airnya
C. Bahan induk basaltic atau berkapur
D. Mikroreliefnya gilgei
E. Konsistensi luar biasa plastis
Di Indonesia jenis tanah ini terbentuk pada tempat-tempat yang tingginya tidak lebih dari 300 meter di atas muka laut dengan topografi agak bergelombang sampai berbukit, temperatur tahunan rata-rata 25oC dengan curah hujan kurang dari 2500 mm dan pergantian musim hujan dan kemarau nyata.Kandungan bahan organik umumnya antara 1,5-4%. Warna tanah dipengaruhi oleh jumlah humus dan kadar kapur. Di pulau jawa banyak digunakan untuk lahan pertanian padi sawah.
6. Histosol /gambut
histosol
Ciri-ciri :
A. Memiliki epipedon histik, yaitu epipedon yang mengandung bahan organik sedemikian banyaknya, sehingga tidak mengalami perkembangan profil ke arah terbentuknya horison-horison yang berbeda.
B. Warna coklat kelam sampai hitam, berkadar air tinggi dan bereaksi asam (pH3-5)
Gambut ombrogen meliputi hampir seperlima Sumatra, meluas sepanjang pantai Malaya, Kalimantan, dan pantai selatan Irian Jaya. Gambut ombrogen juga terdapat di Bangka Selatan, dimana pasir putih bumi mengendap sebelum mencapai laut membentuk berselang berselang-seling daerah deperesi bekas cabang sungai yang di tumbuhi flora khusus.
Gambut topogen terbentuk dalam topografik di rawa-rawa baik di dataran rendah maupun di pegunungan tinggi. Gambut ini meluas di Rawa Lakbok, Pangandaran, Rawa Pening, Jatiroto, Tanah Payau, di Deli (Sumatra) dan danau-danau di Kalimantan Selatan.

 Geografi Tanah


     Tanah adalah lapisan terluar dari kontine yang relative tak padu sebagai akibat pelapukan batuan induk di bawah kondisi iklim dan topografi tertentu yang mempunyai sifat dan cirri tertentu serta merupakan akibat kehidupan flora dan fauna yang persebarannya mengikuti zone-zone geografi. Bidang ilmu geografi yang mempelajari tentang tanah disebut dengan geografi tanah, yaitu ilmu yang mempelajari sifat-sifat dan ciri-ciri tanah pada berbagai daerah tertentu dalam konteks keruangan.
    
     Untuk mengetahui karakteristik tanah secara umum serta penyebarannya di permukaan bumi, maka perlu dipelajari pembentukan tanah, morfologi, klasifikasi, dan pemetaan. Tanah dapat terbentuk bila memenuhi syarat, yaitu tersedianya bahan induk dan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya tanah. Bahan induk tanah adalah bahan utama dapat terbentuknya tanah, serta penentu kandungan tanah yang terbentuk. Sedangkan faktor pembentuk tanah adalah agen atau daya atau keduanya atau salah satu yang telah dan sedang mempengaruhi proses pembentukan tanah. Ada lima faktor yang mempengaruhi terbentuknya tanah, yaitu iklim, organisme, bahan asal, topografi, dan waktu. Dimana dari kelima faktor tersebut faktor iklim yang paling dominan, sehingga pembentukan tanah sering dinamakan weathering.
 
     Proses pembentukan tanah didahului oleh penghancuran dan pelapukan dan diteruskan dengan perkembangan profil tanah. Pelapukan dibedakan atas pelapukan fisik (disintegrasi) dan pelapukan kimia (dekomposisi). Dimana keduanya saling mempengaruhi terhadap proses pembentukan tanah.
Hasil proses pembentukan tanah dicerminkan dala morfologi profil tanah yang bersangkutan. Morfologi tanah adalah corak, sifat, dan karakteristik profil tanah. Profil tanah adalah penampang tegak tanah yang dibuat sedalam kurang lebih 1,5 m atau sampai bahan induk. Semua corak, sifat, dan karakteristik yang harus diamati dari profil tanah adalah meliputi sifat fisik, kimia, dan biologi dan sifat lain seperti padas, air tanah, glei, bahan organik, keadaan batuan, dan kerikil. Tetapi dalam percobaan ini hanya beberapa sifat fisik yang diamati, yaitu:
 
1. pH tanah
pH adalah negatif logaritma aktifitas ion hidrogen dalam tanah. Ion hidrogen merupakan sumber yang menyebabkan kemasaman suatu tanah. Semakin banyak ion hidrogen dalam tanah, semakin masam pula sifat tanah. Tanah seperti itu dikatakan mempunyai pH rendah.
Nilai pH berkisar antara 0 – 14. Suatu larutan dikatakan netral apabila memiliki nilai pH = 7. Nilai pH >7 menunjukkan larutan memiliki sifat basa. Sedangkan nilai pH < 7 menunjukkan keasaman.
Perlunya pengukuran pH dalam tanah yaitu:
 Mengetahui kesuburan tanah secara kimia.
 Mengetahui indikator, sesuatu telah terjadi pada tanah atau mengetahui sejarah pembentukan tanah tersebut.

2. Bahan organik tanah
Bahan organik mencakup semua bahan yang berasal dari jaringan tanaman dan hewan, baik yang hidup maupun yang telah mati. Bahan organik tanah lebih mengacu pada bahan (sisa jaringan tanaman/hewan) yang telah mengalami perombakan atau dekomposisi baik sebagian atau seluruhnya.
Bahan organik tanah berada pada kondisi yang dinamik sebagai akibat adanya mikroorganisme tanah yang memanfaatkannya sebagai sumber energi dan karbon. Kandungannya pun sangat beragam, berkisar antara 0,5% - 5,0% pada tanah-tanah mineral atau bahkan sampai 100% pada tanah organik. Faktor yang mempengaruhi kandungan bahan organik tanah antara lain adalah iklim, vegetasi, topografi, waktu, bahan induk, dan pola tanam.
Ciri dan kandungan bahan organik tanah merupakan ciri penting suatu tanah karena bahan organik tanah berpengaruh terhadap sifat kimia maupun sifat fisika tanah.

3. Tekstur tanah
Tekstur tanah menyatakan derajat kehalusan atau kekasaran massa tanah. Seperti kita ketahui bahwa penyusun anorganik tanah terdiri dari bahan-bahan mineral. Bahan-bahan mineral ini terdiri dari brbagai partikel tanah dengan berbagai ukuran serta senyawa-senyawa anorganik lainnya.dalam tekstur yang terpenting adalah komponen-komponen partikel tanah. Partikel tanah dengan ukuran tertentu disebut fraksi tanah. Dikenal 3 macam fraksi tanah yaitu: liat (< 2 um), debu (2 – 50 um), dan pasir (50 – 2000 um). Dengan demikiantekstur dapat didefinisikan sebagai perbandingan relatif jumlah fraksi pasir, debu, dan liat dalam massa tanah. Dalam tanah terdapat perbandingan ketiga fraksi tersebut. Dikenal 12 macam tekstur dari kasar sampai halus, yaitu: pasir, pasir berlempung, lempung berpasir, lempung, lempung berdebu, debu, lempung liat berpasir, lempung berliat, lempung liat berdebu, liat berpasir, liat berdebu, dan liat.

4. Struktur tanah
Di dalam tanah butir-butir pasir dan debu diselaputi oleh liat dan humus atau bahan organik membentuk suatu pengelompokan. Di dalam pengelompokan ini kadang-kadang disertai pula dengan adanya besi dan sesquioksida. Kelompok-kelompok tersebut kemudian saling bergabung membentuk kelompok lebih besar yang tertentu, baik bentuk maupun ukurannya. Kelompok-kelompok atau gumpal-gumpal kecil tanah dengan bentuk tertentu dan dibatasi oleh bidang-bidang tersebut, disebut sebagai agregat tanah atau struktur tanah.
Struktur tanah merupakan sifat tanah yang sangat penting dalam kesuburan tanah, sebab berkaiatan dengan sifat-sifat tanah lainnya, seperti kemampuan menahan air, drainase, aerasi, perkembangan akar tanaman, dan tidak mudahnya tanah diolah.
Tipe struktur ditentukan oleh bentuk agregat, sedangkan kelas struktur ditentukan oleh ukuran agregat. Agregat pada tanah-tanah yang agresinya jelek akan mengalami kehancuran bila dibasahi, disebabkan oleh kekuatan tekanan udara yang mendapat desakan air, karena pembengkalan yang tidak merata atau karena larutnya bahan-bahan perekat dalam air.Berdasarkan bentuk dan besarnya struktur tanah digolongkan atas beberapa tipe, yaitu:
a. Lempeng (Platy)
b. Prisma (Prismatic)
c. Tiang (Columnar)
d. Gumpal Sudut (Angular Blocky)
e. Gumpal Membulat (Sub Angular Blocky)
f. Kersai (Glanular)
g. Remah (Crumb)
Selain itu berdasarkan tegas tidaknya atau ketahanan agregat struktur tanah digolongkan atas derajat-derajat, yaitu: tidak beragregat, lemah (weak), cukupan (moderate), kuat (strong).

5. Kandungan Kapur
Kapur dalam tanah memiliki asosiasi dengan keberadaan kalsium dan magnesium tanah. Hal ini wajar, karena keberadaan kedua unsur tersebut sering ditemukan berasosiasi dengan karbonat.
Kandungan kapur dari setiap jenis tanah berbeda-beda. Bahkan kandungan kapur dari lapisan tanah atas tentu berbeda dengan lapisan di bawahnya. Hal ini disebabkan oleh adanya proses pelindihan kapur pada lapisan atas oleh air yang akan diendapkan pada lapisan bawahnya. Selain itu keberadaan kapur tanah sangat dipengaruhi oleh batuan induk, iklim dan tipe vegetasi yang ada di suatu lokasi.

6. Konsistensi tanah
Konsistensi tanah merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan fisik tanah dengan kandungan air yang berbeda-beda seperti yang diperlihatkan oleh reaksi tanah atas tekanan-tekanan mekanik. Konsistensi tanah dipandang sebagai kombinasi sifat yang dipengaruhi oleh kekuatan mengikat antara butir-butir tanah.
Istilah yang dipakai untuk menggambarkan konsistensi tanah adalah lepas, gembur, tegar, halus, kuat, palstis, dan lekat.
Penentuan konsistensi tanah dapat dilakukan di lapang maupun di laboratorium. Hanya sayangnya, penetapan konsistensi di lapang masih sangat kasar. Sebagai patokan biasanya digunakan 3 tingkat kelembaban, yaitu:
 Konsistensi dalam keadaan basah
 Konsistensi dalam keadaan lembab
 Konsistensi dalam keadaan kering

Rabu, 03 Oktober 2012

 Macam Konsep Geografi


Banyak pendapat yang menyatakan bahwa di permukaan bumi terdapat hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan alam. Pandangan tersebut, garis besarnya sebagai berikut:

1. Kehidupan manusia dan kebudayaannya ditentukan oleh alam.
2. Manusia dan kebudayaannya tidak ditentukan oleh alam, tetapi manusia mempunyai peranan aktif terhadap alam, sehingga manusia dapat memilih kebudayaannya, sedangkan alam hanya memberikan kemungkinan-kemungkinan.

Kedua pandangan tersebut sampai sekarang masih banyak penganutnya, satu sama lain saling mempertahankan. Pendapat pertama (Fisis Determinis) mempertahankan pengaruhnya terhadap kritikan-kritikan dari pendapat kedua (Possibilis). Pendapat pertama menyatakan bahwa faktor-faktor geografik atau alam sering memainkan peranan yang dinamik dalam perkembangan kebudayaan manusia, berarti alam tidak memainkan peranan yang pasif. Pendapat kedua (Possibilisme) menyatakan bahwa hampir semua praktik kebudayaan



yang spesifik tidak dengan logis dikembalikan langsung pada alam sebagai habitat geografis semata-mata, melainkan manusia yang memegang peranan dalam menentukan budayanya (aktif).

Berdasarkan pernyataan paham fisis determinis maupun paham possibilis, yang terus menerus saling mempengaruhi pemikiran manusia dan saling melakukan kritikan, maka secara sederhana dapat diambil jalan tengah, yaitu melalui beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Berapa jauh kebudayaan suatu wilayah atau suatu bangsa ditentukan oleh alam dan lingkungannya?
2. Berapa jauh bahwa lingkungan alam dapat diubah oleh kegiatan manusia?

Selain itu, dalam kenyataan sehari-hari banyak kita temukan berbagai kenampakan dan gejala di muka bumi yang tanpa disadari membawa kita untuk merenung dan berpikir. Misalnya, mengapa permukaan bumi ini tidak rata, melainkan ada bagian yang tinggi seperti dataran tinggi, bukit, gunung atau pegunungan serta ada pula bagian-bagian yang rendah seperti lembah, palung, atau ngarai, sehingga terdapat berbagai kawasan muka bumi yang berbeda karakteristiknya? Bagaimana fenomena alam ini dapat terjadi? Mengapa suhu udara di wilayah pantai sangat panas, sedangkan di pegunungan dingin? Mengapa daerah A memiliki curah hujan tinggi, sehingga berbagai jenis tetumbuhan tumbuh subur, sedangkan daerah B sangat gersang? Apa yang menyebabkan daerah dataran rendah sangat cocok ditanami kelapa atau padi sawah, sedangkan di dataran tinggi cocok untuk sayur-mayur?

Disadari atau tidak, pada hakikatnya pertanyaan-pertanyaan tersebut telah menuntun kita ke arah pemahaman konsep-konsep geografi. Dalam mengkaji gejala atau peristiwa dalam ruang, geografi selalu mempergunakan konsep lokasi, hubungan timbal balik, gerakan, dan perwilayahan.

Agar dapat memahami geografi, diperlukan konsep-konsep dasar mengenai geografi itu sendiri, artinya memahami pengertian istilah-istilah yang umum digunakan oleh geografi sebagai disiplin ilmu. Konsep ini merupakan suatu hal yang abstrak berkenaan dengan gejala nyata tentang geografi untuk mengungkapkan beberapa gejala, faktor atau masalah, sehingga setiap kata mengandung arti tersendiri.

Pemahaman geografi dimulai dari hal yang konkret secara bertahap akan menuju kepada hal yang abstrak. Misalnya, dalam memahami atmosfera dan mempelajari cuaca, tentu saja harus mengenal unsur-unsur cuaca, yaitu salah satunya adalah hujan. Sebelum terjadinya hujan tentu terjadi pemanasan oleh sinar matahari yang menimbulkan penguapan, kemudian membentuk awan, tentu saja awan apabila berkondensasi maka akan menimbulkan hujan. Hujan yang diturunkan di suatu tempat dapat dipengaruhi angin. Dengan demikian, angin berperan dalam menjatuhkan hujan. Apabila hal ini terus menerus berlangsung



maka dinamakan daur hidrologi. Dari uraian di atas, dapat ditarik beberapa konsep, yaitu hujan, penguapan, awan, kondensasi, dan angin.

Apabila seseorang telah dapat membina konsepnya, maka ia akan dapat mengembangkan generalisasi. Maksudnya bahwa pengertian goegrafi sudah tidak perlu diuraikan, baik secara denotatif maupun konotatif lagi, melainkan secara langsung orang yang bersangkutan dapat berbicara tanpa mendefinisikan konsep tersebut satu persatu.

Generalisasi adalah hubungan atau gabungan antara dua konsep atau lebih. Dengan demikian, pernyataan generalisasi berupa prinsip geografi. Contoh, generalisasi terdiri atas beberapa konsep seperti berikut ini:

1. Urbanisasi merupakan masalah sosial yang harus diatasi karena menambah padatnya kota, sedangkan commuter atau penglaju memerlukan sarana transportasi yang mendukung dari sub-urban ke wilayah-wilayah kegiatan di kota
2. Awan Cumulonimbus dapat mendatangkan hujan besar jika telah berkondensasi dibanding dengan awan Cirrus.
3. Erosi yang dominan terjadi di sungai bagian hilir yaitu erosi lateral, sehingga di daerah ini banyak dijumpai meander.

Banyak para ahli yang memberikan konsep-konsep tentang geografi, sehingga perlu dibentuk konsep dasar bagi perkembangan geografi di Indonesia. Untuk itu, diselenggarakan Seminar dan Lokakarnya Ahli Geografi tahun 1998 yang menghasilkan kesepatan berupa 10 macam konsep esensial geografi, yaitu sebagai berikut:

1. Konsep Geografi lokasi

Suatu tempat di permukaan bumi memiliki nilai ekonomi apabila dihubungkan dengan harga. Misalnya:

a. Di daerah dingin orang cenderung berpakaian tebal.
b. Nilai tanah atau lahan untuk pemukiman akan berkurang apabila berdekatan dengan kuburan, terminal kendaraan umum, pasar, atau pabrik karena kebisingan dan pencemaran.

2. Konsep Geografi jarak

Jarak dihubungkan dengan keuntungan yang diperoleh, sehingga manusia cenderung akan memperhitungkan jarak.

Misalnya:

a. Harga tanah akan semakin tinggi apabila mendekati pusat kota dibandingkan dengan harga tanah di pedesaan.
b. Peternakan ayam cenderung mendekati kota sebagai tempat pemasaran, agar telur dan ayam yang dibawa ke tempat pemasaran tidak banyak mengalami kerusakan, dibandingkan apabila peternakan ditempatkan jauh dari kota.

3. Konsep Geografi keterjangkauan

Hubungan atau interaksi antartempat dapat dicapai, baik dengan menggunakan sarana transportasi umum, tradisional, atau jalan kaki. Misalnya:

a. Keterjangkauan, Jakarta - Biak (pesawat terbang); Bandung - Jakarta (kereta api).
b. Daerah A penghasil beras dan daerah B penghasil sandang. Kedua daerah ini tidak akan berinteraksi apabila tidak ada transportasi.
c. Suatu daerah tidak akan berkembang apabila tidak dapat dijangkau oleh sarana transportasi.

4. Konsep Geografi pola

Bentuk interaksi manusia dengan lingkungan atau interaksi alam dengan alam, hubungannya dengan pola persebaran, seperti sebagai berikut.

a. Pola aliran sungai terkait dengan jenis batuan dan struktur geologi.
b. Pola pemukiman terkait dengan sungai, jalan, bentuk lahan, dan sebagainya.

5. Konsep Geografi morfologi

Bentuk permukaan bumi sebagai hasil proses alam dan hubungannya dengan aktivitas manusia. Misalnya:

a. Bentuk lahan akan terkait dengan erosi dan pengendapan, penggunaan lahan, ketebalan lapisan tanah, ketersediaan air, dan sebagainya.
b. Pengelompokan pemukiman cenderung di daerah datar.

6. Konsep Geografi aglomerasi

Pengelompokan penduduk dan aktivitasnya di suatu daerah.

Misalnya:

a. Masyarakat atau penduduk cenderung mengelompok pada tingkat sejenis, sehingga timbul daerah elit, daerah kumuh, daerah perumnas, pedagang besi tua, pedagang barang atau pakaian bekas, dan lain-lain.
b. Enam puluh delapan persen industri tekstil Indonesia berada di Bandung.

7. Konsep Geografi nilai kegunaan

Manfaat suatu wilayah atau daerah mempuyai nilai tersendiri bagi orang yang menggunakannya. Misalnya:

a. Daerah sejuk di pegunungan yang jauh dari kebisingan, seperti di Puncak antara Bogor dengan Cianjur, banyak dijadikan tempat peristirahatan dan rekreasi.
b. Lahan pertanian yang subur sangat bernilai bagi petani dibandingkan bagi nelayan atau karyawan/pegawai kantor.

8. Konsep Geografi interaksi dan interdependensi

Setiap wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, tetapi memerlukan hubungan dengan wilayah lain, sehingga memunculkan adanya hubungan timbal balik dalam bentuk arus barang dan jasa, komunikasi, persebaran ide, dan lain-lain. Misalnya: gerakan orang, barang, dan gagasan dari suatu tempat ke tempat lain seperti,

a. Pergerakan penduduk, berupa sirkulasi, komutasi (ulang-alik), dan migrasi. 
b. Pergerakan barang (sandang) dari kota ke desa; pangan dari desa ke kota.
c. Pergerakan berita (informasi) melalui radio, televisi, surat kabar dan lain-lain, terhadap pembaca atau pemirsa.

9. Konsep Geografi differensiasi area (struktur keruangan atau distribusi keruangan)

Suatu wilayah kaitannya dengan wilayah lain. Wilayah di permukaan bumi memiliki perbedaan nilai yang terdapat di dalamnya. Misalnya:

a. Fenomena yang berbeda dari suatu tempat ke tempat lain, seperti:

1) jarak dekat, jarak sedang, atau jarak jauh.
2) pemukiman padat, sedang, atau jarang.

b. Pertanian sayuran dihasilkan di daerah pegunungan; perikanan laut atau

tambak di pantai; dan padi di daerah yang relatif datar.

10. Konsep Geografi keterkaitan keruangan (proses keruangan)

Suatu wilayah dapat berkembang karena adanya hubungan dengan wilayah lain, atau adanya saling keterkaitan antarwilayah dalam memenuhi kebutuhan dan sosial penduduknya. Misalnya, jika dikaji melalui peta, maka terdapat konservasi spasial (keterkaitan wilayah) antara wilayah A, B, C, dan D.

Sepuluh konsep tersebut, sengaja dibuat untuk penyatubahasaan pemikiran geografi, semuanya merupakan awal dari memahami geografi. Dengan demikian, pendidikan geografi mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi harus mencakup sepuluh konsep tersebut, hanya materi yang diberikan sesuai dengan jenjang pendidikannya.

 Konsep Dasar Geografi


Studi geografi pada dasarnya adalah mempelajari gejala-gejala geogafi yan terjadi dalam geosfer. Dalam geosfer sendiri terdapat manusia yang sebenarnya adalah objek dalam antroposfer. Berikut ini adalah konsep-konsep geografi yang dapat digunakan untuk menganalisis masalah geografi:

1. Lokasi
Merupakan kedudukan suatu objek terhadap objek lain di permukaan bumi. Lokasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu: lokasi Absolut dan lokasi relatif. Lokasi Absolut yaitu lokasi yang didasarkan pada letak dan garis Astronomis. Sedangkan lokasi relatif yaitu lokasi yang didasarkan pada keadaan ruang geografis tertentu. Letak Absolut Kota Palembang dilihat garis astronomis pada peta. Sedangkan lokasi relatif Kota Palembang sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Ogan Ilir.

2. Jarak
Adalah ruang yang memisahkan antara dua objek. Jarak ada 2 jenis yaitu: Jarak Absolut dan Jarak Relatif.
Jarak absolut yaitu jarak yang sebenarnya berdasarkan pengukuran garis lurus di antara 2 lokasi. Jarak relatif yaitu Jarak yang pengukurannya dengan melihat berbagai faktor kondisi ruang, waktu. Satuan jarak dapat digunakan satuan geometris (meter) dan satuan waktu (jarak tempuh). Jarak dapat juga menentukan nilai suatu barang baik itu nilai ekonomis atau nilai penghargaan (value).Contoh: ada saat tertentu penghargaan atau penilaian suatu barang didasarkan dari jauh atau tidaknya barang tersebut didatangkan. karena semakin jauh barang tersebut didatangkan, maka biaya yang dibutuhkan semakin besar. Tapi di jaman yang semakin modern dan serba instan pengharagaan akan waktu sangat tinggi . Contohnya dalam pengiriman barang/paket

3. Keterjangkauan
Mudah atau sulitnya suatu lokasi untuk diakses. Tujuan dari aksesibiltitas adalah untuk mengetahui, memahami, menganalisis, dll suatu ruangan tertentu secara geografis, sehingga aksesibilitas tidak harus dijangkau secara fisik, tapi aksesibilitas untuk mendapatkan/menggali data-data suatu ruangan tertentu. Maka jarak, morfologi, kondisi sudah bukan lagi sebagai kendala untuk menjangkau atau mengakses suatu wilayah. Kendala-kendala yang sekarang ada adalah kendala dari aspek sosial, politis, budaya, aturan.

Contoh
Baduy Dalam secara morfologi tidak lagi menjadi kendala, tapi yang menjadi kendala adalah waktu, sosial, dan budaya.

Dengan jaringan networking yang sudah dibangun, kapan saja dan di mana saja kita dapat mengakses lokasi di permukaan bumi melalui telepon bisa berkomunikasi, melalui internet bisa transfer data, telekonferen dll. Sehingga sudah tidak ada lagi kendala dan batasannya yang ada Dunia tanpa tapal batas

4. Pola
Adalah tatanan geometris yang beraturan dalam ruang atau pola adalah kumpulan dari beberapa objek yang membentuk objek tertentu. Banyak faktor yang mempengaruhi bentuk pola

Contoh
Sebaran penduduk di daerah pantai, sungai, jalan akan membentuk pola linear sedangkan pada daerah yang memiliki sumber daya alam akan membentuk pola memusat.

5. Morfologi
Permukaan bumi memiliki bentuk yang sangat beragam karena adanya perubahan-perubahan yang terus terjadi. Perubahan Ini terjadi karena adanya aktivitas tenaga endogen dan eksogen. Tenaga endogen mengakibatkan adanya pengangkatan, pelipatan, patahan dll yang sifatnya konstruktif. Tenaga eksogen diakibatkan karena adanya pengaruh dari unsur-unsur cuaca yang menimbulkan erosi, pelapukan, transportasi.



6. Aglomerasi
Aglomerasi adalah pengelompokan suatu gejala yang terkait dengan aktivitas manusia. Pengelompokan ini dipengaruhi oleh banyak faktor.

Contoh:
Di kota-kota besar atau kota yang terbentuk karena migrasi, biasanya akan terbentuk pengelompokan-pengelompokan sebaran penduduk. Penamaan wilayah pengelompokan ini biasanya menggunakan nama asal, suku, ras penghuninya. Misalnya: Pecinan, Kampung Arab, Kampung Melayu, Manggarai, dll

Aglomerasi semacam ini terjadi karena adanya kesamaan sebagai pondasi untuk memudahkan komunikasi, melaksanakan aktivitas keagamaan, aktivitas sosial, toleransi, danaktivitas ekonomi.


7. Nilai kegunaan
Suatu barang dan wilayah memiliki nilai yang sangat relatif. Suatu barang akan memiliki nilai kegunaan yang berbeda jika berada pada wilayah yang beda. Setiap wilayah mempunyai nilai yang berbeda jika berada pada ruang yang beda.

Contoh:
Perahu merupakan sarana transportasi yang digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan, tapi akan memiliki nilai yang berbeda jika perahu tersebut berada di taman sebuah hotel atau restoran seafood yang sangat mewah.

Lahan 500 m2 di kawasan Menteng akan memiliki nilai yang berbeda jika dibandingkan dengan lahan 500 m2 di Wamena.



8. Interaksi
nteraksi terjadi karena adanya kebutuhan untuk saling memenuhi, hal ini terjadi karena setiap wilayah memiliki perbedaan sumber daya alam. Disatu sisi ada yang berlebihan dan sisi lain terjadi kekurangan.

Contoh:
Pedesaan merupakan wilayah agraris dengan aktivitas penduduk sebagai petani di pertanian atau perkebunan yang menhasilkan produk alam siap konsumsi atau sebagai bahan baku, sedangkan perkotaan merupakan suatu wilayah yang memiliki perkembangan industri sebagai pengolah bahan baku menjadi barang jadi. Maka karena masing-masing memiliki karakteristik sehingga akan terjadi interaksi unntuk saling memenuhi


9. Diferensiasi Areal
Ada perbedaan fenomena yang terjadi di setiap wilayah, baik fenomena sosial maupun fenomena fisik

10. Keterkaitan keruangan
Merupakan keterkaitan antara suatu fenomena dengan fenomena yang lain yang terjadi dalam ruang.

Contoh:Jenis tanah akan mempengaruhi kesuburan tanah dan berpengaruh berikutnya terhadap hasil pertanian, berpengaruh pula terhadap pola pertanian dan seterusnya.

Perkembangan Ilmu Geologi

Keadaan bumi ini, termasuk material penyusunnya dan proses‑proses yang terjadi pada bumi telah menjadi objek studi beberapa abad lalu. Beberapa topik yang sangat menarik seperti fosil, batumulia, gempabumi dan aktivitas gunungapi telah dipelajari di Yunani lebih dari 2300 tahun lalu. Aristoteles merupakan filosof yang terkenal sering mengeluarkan pendapatnya yang berhubungan dengan bumi, meskipun pandangan‑pandangannya tentang bumi tidak Selalu didasari pada suatu observasi dan eksperimen. Pendapatnya tentang bumi kadang‑kadang hanya sekedar disampaikan walaupun tidak masuk akal, sehingga terkesan asal‑asalan.
Aristoteles percaya bahwa batuan yang menyusun bumi terbentuk dibawah pengaruh bintang‑bintang di langit dan gempabumi muncul pada saat udara terkumpul di dalam tanah dan dipanasi oleh sumber panas yang berasal dari pusat bumi. Kemudian dikeluarkan dengan ledakan yang dahsyat. Ketika dikonfrontasikan dengan fosil ikan yang dijumpai terdapat dalam batuan, Aristoteles mengatakan bahwa sejumlah basar ikan hidup tak bergerak di dalam bumi dan akan dijumpai jika dilakukan penggalian.
Walaupun penjelasan dan pandangan Aristoteles telah cukup memadai pada masa itu, untuk menjawab pertanyaan‑pertanyaan yang muncul mengenai keberadaan bumi kita ini, mereka. terus menerus mencoba untuk menjelaskannya selama berabad-abad dengan melakukan observasi dan percobaan. Hal ini dilakukan untuk menolak pandangan‑pandangan dari Aristoteles yang pada waktu itu banyak diantaranya sudah diterima oleh masyarakat, tetapi tidak bisa diterima dengan akal manusia. Selanjutnya Frank D. Adams mengatakan dalam bukunya The Birth and Development of the Geological Sciences (New York; Dover, 1938) bahwa selama masa‑masa pertengahan, Aristoteles dihormati sebagai kepala dan pimpinan dari semua filosof di Yunani dan pendapatnya dalam bidang apapun, merupakan hasil akhir dan dijadikan sebagai hukum.
Selama abad 17 dan 18, doktrin katastrofisme sangat berpengaruh pada formulasi penjelasan tentang kedinamisan bumi. Katastrofisme merupakan suatu faham yang mempercayai bahwa bentuk permukaan bumi telah berkembang dengan pengaruh utama adalah katastrof yaitu pengrusakan yang hebat dan terjadi dengan tiba‑tiba. Kenampakan bentang alam seperti pegunungan dan lembah, yang saat ini diketahui proses pembentukannya membutuhkan waktu yang lama, dijelaskan dengan faham ini terbentuk sebagai akibat pengrusakan tiba‑tiba dan terus menerus.

Lahirnya Ilmu Geologi Modern
Akhir abad ke 18 merupakan awal dari lahirnya ihim geologi modem. James Hutton seorang dokter dan petani dari Skotlandia merupakan orang yang pertama kali memperkenalkan ilmu geologi modem. la mempublikasikan teorinya tentang bumi dalam bukunya "Theory of the Earth". Dalam buku tersebut James Hutton memperkenalkan prinsip "Uniformitarianism" atau prinsip keragaman. Prinsip inilah yang kemudian merupakan konsep dasar dalam mempelajari ilmu geologi modem. Secara ringkas pada prinsip ini dikatakan bahwa hukum‑hukum fisika, kimia dan biologi yang berlangsung sekarang ini juga terjadi pada waktu lampau. Jadi tenaga dan proses‑proses yang terjadi pada bumi pada masa sekarang ini telah terjadi sejak lama sekali, yaitu sejak terbentuknya bumi ini. Jadi untuk mempelajari batuan yang terbentuk di masa lampau, kita harus memahami tentang proses‑proses yang terjadi di masa sekarang termasuk juga hasil atau akibat dari proses tersebut. Berdasarkan prinsip uniformitarism ini kemudian muncul prinsip yang berbunyi masa kini merupakan kunci masa lalu (The present is the key to the past).
Sebelum muncul teori tentang bumi yang dikemukakan oleh James Hutton, belum ada yang dapat membuktikan bahwa geologi berhubungan dengan periode waktu yang sangat panjang. Sebaliknya Hutton dapat menjelaskan dengan bukti nyata bahwa proses‑proses yang terjadi bagaimanapun lemah dan lambatnya. Apabila terjadi pada waktu. yang lama dapat menghasilkan suatu perubahan yang sama seperti yang dihasilkan oleh suatu proses yang dahsyat dan tiba‑tiba.
Meskipun James Hutton dapat dikatakan sebagai orang pertama yang mengemukaan prinsip dasar dalam ihnu geologi modern, tetapi karena teori ditulis dalam bahasa yang sulit dimengerti dan tidak dipublikasikan dengan luas, maka idenya tidak banyak diketahui oleh masyarakat pada waktu itu. Adalah seorang geologiawan Inggris, Charles Lyel, yang berjasa memperkenalkan dan menyebarluaskan prinsip dasar dalam ihnu geologi modem tersebut. Antara tahun 1830 sampai 1872, Lyel menghasilkan sebelas edisi buku Principles of Geology. Dalam buku tersebut, Lyel mengilustrasikan dengan baik konsep‑konsep kesamaan dari alam dengan waktu. Lyel juga memperlihatkan secara lebih meyakinkan bahwa proses-proses geologi yang dapat diamati sekarang dapat berlaku dan terjadi juga di masa yang lalu. Walaupun doktrin uniformitarianism pertama kali tidak dikemukakan oleh Lyel tetapi beliaulah yang berhasil memasyarakatkannya dengan luas. Penerimaan dari konsep dasar ini berarti penerimaan tentang sejarah yang panjang dari bumi kita ini. Walaupun prose‑proses yang terjadi pada bumi mempunyai intensitas yang sangat bervariasi, tetapi memerlukan waktu yang lama untuk membentuk atau merusakkan kenampakan utama dari bentang alampermukaan bumi.
Sebagai contoh, batuan yang mengandung fosil atau sisa organisme yang hidup lebih dari 15 juta tahun lalu, dijumpai pada puncak pegunungan yang tingginya 3000 meter di atas permukaan laut sekarang ini. Ini berarti bahwa pegunungan itu telah terangkat sekitar 3000 meter dalam waktu ± 15 juta tahun. Jadi rata‑rata peningkatan permukaan bumi tersebut hanya sekitar 0.2 milimeter setiap tahun. Sedangkan rata‑rata proses, erosi yang terjadi juga sangat kecil. Jadi memerlukan puluhan sampai jutaan tahun oleh alam untuk membentuk pegunungan dan meratakannya kembali. Tetapi biarpun waktu yang terus berjalan ini relatif pendek dalam sekala waktu geologi (sejarah bumi), dari rekaman yang terdapat dalam batuan yang menyusun bumi dapat terlihat bahwa bumi telah mengalami banyak siklus pembentukan pegunungan dan erosi.
Sangat penting ‑untuk diingat bahwa walaupun banyak kenampakan bantang alam fisik yang kelihatan seperti tidak mengalami perubahan dalam kurun waktu puluhan tahun, kita tetap mengamatinya, sebab bagaimanapun juga kesemuanya mengalami perubahan dalam sekala. waktu yang berbeda‑beda, ratusan, ribuan atau bahkan jutaan tahun.

Tambang Batubara

Metode penambangan batubara sangat tergantung kepada :
1. Keadaan geologi daerah antara lain : sifat lapisan batuan penutup, batuan lantai batubara, struktur geologi
2. Keadaan lapisan batubara dan bentuk deposit

Pada dasarnya dikenal dua cara penambangan batubara yaitu :

1. Tambang Dalam (Underground)

Dilakukan pertama-tama dengan jalan membuat lubang persiapan baik berupa lubang sumuran ataupun berupa lubang mendatar atau menurun menuju ke lapisan batubara yang akan ditambang. Selanjutnya dibuat lubang bukaan pada lapisan batubaranya sendiri. Cara penambangannya sendiri dapat dilakukan :
a. Secara manual, yaitu menggunakan banyak alat yang memakai kekuatan tenaga manusia
b. Secara mekanis, yaitu mempergunakan alat sederhana sampai menggunakan system elektronis dengan pengendalian jarak jauh

2. Tambang Terbuka

Dilakukan pertama-tama dengan mengupas lapisan tanah penutup. Pada saat ini metode penambangan mana yang akan dipilih dan kemungkinan mendapatkan peralatan tidak mengalami masalah. Peralatan yang ada sekarang dapat dimodifikasi sehingga berfungsi ganda. Perlu diketahui bahwa berbagai jenis batubara memerlukan jenis dan peralatan yang berbeda pula. Mesin-mesin tambang modern sudah dapat digunakan untuk kegiatan penambangan dengan jangkauan kerja yang lebih luas dan mampu melaksanakan berbagai macam pekerjaan tanpa perlu dilakukan perubahan dan modifikasi besar. Pemilihan metode panambangan batubara baik yang akan ditambang secara tambang dalam ataupun tambang terbuka ditentukan oleh factor :

a. Biaya penambangan
b. Batubara yang dapat diambil (coal recovery)
c. Pengotoran hasil produksi oleh batuan ikutan
Dalam memperhitungkan biaya penambangan dengan metode tambang terbuka harus termasuk juga biaya pembuangan tanah penutup batubara sampai pada kemiringan lereng yang seaman mungkin (slope angle). Perbandingan antara lapisan batuan tanah penutup dengan batubara merupakan factor penentu dalam memilih metode penambangan, untuk itu perlu dihitung terlebih dahulu break even stripping ratio, yaitu perbandingan antara selisih biaya untuk penambangan satu ton batubara secara tambang dalam dan tambang terbuka dibagi dengan biaya pembuangan setiap ton tanah penutup lapisan batubara.

Contoh :
Suatu rencana penambangan batubara diperhitungkan apabila dilaksanakan secara tambang dalam memerlukan biaya Rp. 20.000,- setiap tonnya. Apabila dilakukan secara tambang terbuka Rp. 8.000,-, sedang biaya pengupasan tanah penutup pada tambang terbuka adalah Rp. 2.000,- per tonnya. Stripping ratio antara tambang terbuka yang menghasilkan perbedaan biaya impas (break even cost) dengan penambangan secara tambang dalam adalah :

20.000 - 8.000
break even stripping ratio =----------------------
= 6
2.000
Dengan demikian break even stripping ratio adalah 6 : 1, yang berarti bahwa untuk mengambil 1 ton batubara maksimum jumlah tanah penutup harus dibuang adalah 6 ton. Dengan demikian maka cara penambangannya sudah harus ditinjau kembali karena dianggap secara ekonomis sudah tidak menguntungkan lagi.
A. METODE PENAMBANGAN SECARA TAMBANG TERBUKA

Kelebihan tambang terbuka dibandingkan dengan tambang dalam adalah :
a. Relative lebih aman
b. Relative lebih sederhana
c. Mudah pengawasannya

Pada saat ini sebagian besar penambangan batubara dilakukan dengan metode tambang terbuka, lebih-lebih setelah digunakannya alat-alat besar yang mempunyai kapasitas muat dan angkut yang besar untuk membuang lapisan tanah penutup batubara. Dengan demikian pekerjaan pembuangan lapisan tanah penutup batubara menjadi lebih murah dan menekan biaya ekstraksi batubara. Selain itu prosentase batubara yang diambil jauh lebih besar dibanding dengan batubara yang dapat diekstraksi dengan cara tambang dalam. Penambangan batubara dengan metode tambang terbuka saat ini diperoleh 85% dari total mineable reserve, sedang dengan metode tambang dalam paling besar hanya 50% saja. Walaupun demikian penambangan secara tambang terbuka mempunyai keterbatasan yaitu :

a. Dengan peralatan yang ada pada saat sekarang ini keterbatasan kedalaman lapisan batubara yang dapat ditambang.
b. Pertimbangan ekonomis antara biaya pembuangan batuan penutup dengan biaya pengambilan batubara

Beberapa tipe penambangan batubara dengan metode tambang terbuka tergantung pada letak dan kemiringan serta banyaknya lapisan batubara dalam satu cadangan. Disamping itu metode tambang terbuka dapat dibedakan juga dari cara pemakaian alat dan mesin yang digunakan dalam penambangan.
Beberapa tipe penambangan batubara dengan metode tambang terbuka adalah :

1. Contour Mining


Tipe penambangan ini pada umumnya dilakukan pada endapan batubara yang terdapat di pegunungan atau perbukitan. Penambangan batubara dimulai pada suatu singkapan lapisan batubara dipermukaan atau cropline dan selanjutnya mengikuti garis contour sekeliling bukit atau pegunungan tersebut. Lapisan batuan penutup batubara dibuang kearah lereng bukit dan selanjutnya batuan yang telah tersingkap diambil dan diangkut. Kegiatan penambangan berikutnya dimulai lagi seperti tersebut diatas pada lapisan batubara yang lain sampai pada suatu ketebalan lapisan penutup batubara yang menentukan batas limit ekonominya atau sampai batas maksimum kedalaman dimana peralatan tambang tersebut dapat bekerja. Batas ekonomis ini ditentukan oleh beberapa variable antara lain :

a. Ketebalan lapisan batubara
b. Kualitas
c. Pemasaran
d. Sifat dan keadaan lapisan batuan penutup
e. Kemampuan peralatan yang digunakan
f. Persyaratan reklamasi

Peralatan yang digunakan untuk cara penambangan ini pada umumnya memakai peralatan yang mempunyai mobilitas tinggi atau dikenal mobile equipment. Alat-alat besar seperti :

a. Alat muat : wheel loader, track loader, face shovel, back hoe
b. Alat angkut jarak jauh : off highway dump truck
c. Alat angkut jarak dekat : scraper
Alat-alat tersebut dipergunakan untuk pekerjaan pembuangan lapisan penutup batubara, sedangkan untuk pengambilan batubaranya dapat digunakan dengan alat yang sama atau yang lebih kecil tergantung tingkat produksinya. Kapasitas alat angkut berupa off highway dump truck antara 18 ton sampai 170 ton. Di Indonesia, tipe contour mining diterapkan antara lain di Tambang Batubara Ombilin Sawah Lunto Sumatera Barat.
Ditempat ini penambangan secara besar-besaran telah dimulai sejak tahun 1977 dengan menggunakan mobile equipment berupa alat muat yang terdiri dari front end loader berkapasitas 5-6 m3 dan face shovel 7 m3, sedang untuk alat angkut digunakan off highway dump truck berkapasitas 35 ton dan 50 ton, selain itu dipergunakan scrapper kapasitas 15 m3. Mengingat batuan penutupnya sangat keras maka digunakan peledakan, dengan menggunakan beberapa unit alat bor drill blasthole machine yang mempunyai kemampuan bor berdiameter sampai 6 inches, sedangkan bahan peledaknya dipergunakan ammonium nitrat dan solar (ANFO). Pengekstraksian batubara digunakan excavator berukuran 4 m3 dengan alat angkut berupa coal houler kapasitas 18 ton.

2. Open Pit Mining

Open pit mining adalah cara penambangan secara terbuka dalam pengertian umum. Apabila hal ini diterapkan pada endapan batubara dilakukan dengan jalan membuang lapisan batuan penutup sehingga lapisan batubaranya tersingkap dan selanjutnya siap untuk diekstraksi. Peralatan yang dipakai pada penambangan secara open pit dapat bermacam-macam tergantung pada jenis dan keadaan batuan penutup yang akan dibuang. Dalam memilih peralatan perlu dipertimbangkan :

a. Kemiringan lapisan batuan
Pada lapisan dengan kemiringan cukup tajam pembuangan lapisan tanah penutup dapat menggunakan alat muat baik berupa face shovel, front end loader atau alat muat lainnya
b. Masa operasi tambang
Penambangan tipe open pit biasanya dilakukan pada endapan batubara yang mempunyai lapisan tebal atau dalam dan dilakukan dengan menggunakan beberapa bench. Peralatan yang digunakan untuk pembuangan lapisan tanah penutup batubara dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Peralatan yang bersifat mobile antara lain track shovel, front end loader, bulldozer, scrapper
2. Peralatan yang bersifat bekerja secara continue membuang lapisan tanah penutup tanpa dibantu alat angkut.
3. Stripping Mining

Tipe penambangan terbuka yang diterapkan pada endapan batubara yang lapisannya datar atau dekat dengan permukaan tanah. Alat yang digunakan dapat berupa alat yang sifatnya mobile atau alat penggalian yang dapat membuang sendiri. Penambangan batubara yang akan dilakukan diwilayah kontraktor tambang batubara Kalimantan akan dimulai dengan cara tambang terbuka yang memakai alat kerja bersifat mobile.

B. METODE PENAMBANGAN SECARA TAMBANG DALAM

Pada penambangan batubara dengan metode tambang dalam yang terpenting adalah bagaimana mempertahankan lubang bukaan seaman mungkin agar terhindar dari kemungkinan :
1. Keruntuhan atap batuan
2. Ambruknya dinding bukaan lubang (rib spalling)
3. Penggelembungan lantai lapisan batubara (floor heave)

Kejadian tersebut diatas disebabkan oleh terlepasnya energy yang tersimpan secara alamiah dalam endapan batubara. Energy yang terpendam tersebut merupakan akibat terjadinya perubahan atau deformasi bentuk endapan batubara selama berlangsungnya pembentukan deposit tersebut. Pelepasan energy tersebut disebabkan oleh adanya perubahan keseimbangan tegangan yang terdapat pada massa batuan akibat dilakukannya kegiatan pembuatan lubang-lubang bukaan tambang. Disamping itu kegagalan dapat disebabkan batuan dan batubara itu tidak mempunyai daya penyangga disamping factor-faktor alami dari keadaan geologi endapan batubara.
Penambangan batubara secara tambang dalam kenyataannya sangat ditentukan oleh cara mengusahakan agar lubang bukaan dapat dipertahankan selama mungkin pada saat berlangsungnya penambangan batubara dengan biaya rendah atau seekonomis mungkin. Untuk mencapai keinginan tersebut maka pada setiap pembuatan lubang bukaan selalu diusahakan agar :
1. Kemampuan penyangga dari atap lapisan
2. Kekuatan lantai lapisan batubara
3. Kemampuan daya dukung pillar penyangga
Dimanfaatkan semaksimal mungkin. Namun apabila cara manfaat sifat alamiah tersebut sulit dicapai maka beberapa cara penyanggaan batuan telah diciptakan oleh ahli tambang. Metode panambangan secara tambang dalam pada garis besarnya dapat dibedakan yaitu :
a. Room and Pillar atau disebut pula Board and Pillar
b. Longwall
Kedua metode tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri terutama pada keadaan endapan batubara yang dihadapi disamping factor lainnya yang perlu diperhatikan dalam pemilihan metode penambangan tersebut.

Sumber : Ir. Sukandarrumidi, MSc, PhD, Batubara dan Gambut. Gajah Mada University Press